Mencari Kerang di Senja Hari
GaleriKetika mentari mulai kembali ke peraduannya
Burung-burung manyar kembali ke sarangnya
Langit pun mulai tampak pekat
Di kejauhan tampak sekumpulan kaum wanita
Dengan ember di tangan mereka
menyurusi Pantai Pede berpasir putih
Gerakan mereka hampir serentak
Menunduk, memungut sesuatu dengan salah satu tangan
Memasukannya ke dalam ember yang dibawa tangan lain
Yah, mereka sedang memungut kerang
Mencari kerang sekedar untuk lauk malam
bagi anak-anak mereka.
Karena para suami telah berhenti melaut karena BBM kian meroket
Sunset in Labuan Bajo
GambarWeekly Photo Challenge: Solitary
GambarSunset in Labuan Bajo
Weekly Photo Challenge: Solitary
GambarWalk alone to find the water
(in Koko, Manggarai, west flores island, Indonesia)
Mawar Orange
StandarMawar Merah Jambu
GambarHujan pagi ini menyingkirkan panas panjang di tanah Flores yang mulai kering dan tandus. Semua bunga bernyanyi senang menyambut curahan rahmat dari langit. Langit menjadi personifakasi Allah yang menurunkan hujan berkat bagi bumi dan setiap makhluk. Bumi menjadi personifikasi hati manusia yang terbuka bagi rahmat Allah. Siap menumbuhkan dan mengembangkan buah-buah rahmat untuk dinikmati seluruh alam semesta. “damai di bumi, damai di hati” (marcel)
Daendlion
GambarJangan cemas tentang makanan, pakaian, ataupun hiasan.
Belajarlah dari rumput-rumput liar yang menghasilkan bunga untuk menghiasi dunia. Meski berarti hanya untuk sehari, kemudian layu dan gugur, mereka tidak pernah berhenti menghasilkan bunga. Hidupku bukan milikku, hanyalah titipan di tanganku. Aku pun tidak tahu kapan hidup ini akan diambil dariku. Yang kutahu, bahwa aku masih diberi kepercayaan untuk saat ini saja. Biarkan hidupku menjadi rumput liar. Berbunga setiap hari untuk menghiasi dunia dengan keceriaan…”Marcel”
Landscape Kota Selalu Berselimutkan Kabut
Galeri- Ruteng-Kota yang Selalu Diselimuti Kabut (Dok.Pribadi)
Sudah dua bulan ini saya pindah ke tempat tugas yang baru. Dari daerah garis Khatulistiwa menuju ke bagian selatan dari garis Khatulistiwa. Perubahan cuaca dan hawa langsung terasa. Ketika masih di Kalimantan, hari-hari terasa panas sebab matahari selalu bersinar dengan cerah. Cuaca yang panas menuntut berpakaian selalu seadanya: celana pendek dan kaos oblong menjadi pakaian favorit ketika masih tinggal di Pulau Kalimantan.
- Kabut di Salah Satu Sisi Pegunungan (Dok.Pribadi)
Hal ini berbeda dengan Kota Ruteng, tempat tugasku yang baru saat ini. Cuacanya sangat dingin untuk ukuran Pulau Flores. Dari pagi hingga pagi hari berikutnya, kotanya selalu ditutupi kabut meski hari cerah sekali pun. Jarang kujumpai matahari tampak utuh di langit. Otomatis cuaca yang dingin ini menuntut untuk selalu mengenakan sweater atau jacket. Tidur malam harus mengenakan kaos kaki jika tidak ingin menggigil kedinginan pada saat subuh. Akibatnya, semakin jarang mengenakan celana pendek dan kaos oblong ketika berjalan ke luar rumah, jika tidak ingin diterkam rasa dingin.
- Bandara Frans Sales Lega-Ruteng Selalu Tertutup Kabut (Dok.Pribadi)
Saya bisa memaklumi mengapa Kota Ruteng selalu berkabut dan dingin. Kota ini terletak di antara beberapa pegunungan yang cukup tinggi. Gunung-gunungnya selalu diselimuti kabut tebal bagaikan benang woll yang ditumpuk-tumpuk.
- Salah Satu Sisi Pegunungan Berlapis Kabut Latar Kota Ruteng (Dok.Pribadi)
Yang khas dari Kota Ruteng sejauh yang saya amati selama 2 bulan ini adalah kabut. Ruteng bagiku merupakan kota yang selalu diselimuti kabut meskipun di saat musim kemarau. Kabutnya inilah yang menyebabkan Kota ini selalu terasa dingin, pun di siang hari. Apalagi di malam hari. Hampir jarang dijumpai orang-orang yang berjalan kaki di malam hari. Tepat pukul 18.00, Ruteng seolah menjadi Kota mati, jalanan lengang dan pertokoan pun tutup.
- Lapangan Bola Kaki dekat Bandara pun Diselimuti Kabut (Dok.Pribadi)
Salah satu hal unik yang kujumpai dalam perjalananku hari ini adalah pemandangan di Bandara Ibu Kota Kabupaten Manggarai Raya. Bandara ini rupanya multifungsi juga. Bandara ini juga bisa berfungsi sebagai tempat untuk menggembalakan sapi bagi penduduk sekitarnya. Iseng-iseng aku bertanya kepada seorang bapak pemilik sapi: “boleh ya pak, menggembalakan sapi di sini?” Jawabannya mengejutkan. “Boleh mas, asal jangan pagi hari. Kalau siang atau sore hari tidak dilarang sama petugasnya. Kalau pagi hari, sapinya akan ditembak sama petugas.” Sungguh sebuah fenomena yang bagiku unik, khas di pedesaan. Di mana fasilitas publik bisa digunakan untuk apa saja termasuk untuk menggembalakan ternak.
- Sapi-sapi Merumput dengan Bebas di Bandara Frans Sales Lega Ruteng (Dok.Pribadi)
- As Landasan Pesawat Bandara Frans Sales Lega Ruteng (Dok.Pribadi)
- Sapi-sapi Merumput dengan Santai di Kompleks Bandara (Dok.Pribadi)
- Salah satu Sisi Bandara (Dok.Pribadi)
Malam dalam Cahaya
Galeri- Daripada Mengutuki Kegelapan, Mendingan Jadilah Sebatang Lilin (Dok.Pribadi)
Banyak orang mengidentikan malam dengan gelap. Gelap berarti hitam. Hitam berarti jahat. Namun Putih menjadi bernama karena ada gelap yang melatarinya. Gelap-terang, hitam-putih, siang-malam bagian dari dua sisi dari satu mata uang kehidupan yang terkadang tidak perlu ngoyo untuk diperangi, tetapi diterima sebagai sebuah harmoni. Bayangkan kalau semuanya putih…jenuh pastinya. Banyak orang juga selalu mengutuk kegelapan tetapi lupa mau menjadi sekedar sebatang lilin untuk menerangi suasana gelap yang ada di sekitarnya. Sibuk mengeritik ketidakbecusan sosial yang baginya adalah duta sang kegelapan, dan lupa bahwa ketika ia tidak menjadi cahaya, ia juga adalah duta kegelapan. Daripada sibuk mempersoalkan kegelapan, ambil saja sebatang lilin atau jadilah sebuah lampu untuk menerangi kegelapan di sekitarnya.
- Jadilah Sebuah Lampu yang Memancarkan Binar-binar Cahaya bagi Lingkungan Sekitar (Dok.Pribadi)
Banyak juga yang mengidentikan malam dengan “saat” terang bagi jiwa. Setelah seharian, tubuh beraktivitas, malam menjadi kesempatan bagi jiwa merangkai puzle-puzle kehidupan untuk menjadi sebuah mosaik bagi hari esok. Malam merupakan moment introspeksi. Duduk diam mendengarkan “suara malam” menjadi musik peneduh jiwa yang seharian berkelana mencari makan (hahaha kehabisan ide..).
- Malam: Saat Rehat Bagi Jiwa dalam Keheningan (Dok.Pribadi)
Jika hidupmu terasa pekat dan pahit, jangan pernah pikiran dan hatimu ikut tawar. Karena masih ada pagi, masih ada terang di ujung malam ini. Yakinlah bahwa di saat malam menyelimuti, pasti ada berkas cahaya yang dihadirkan oleh orang-orang di sekitarmu, siapa pun mereka itu. Mereka akan menjadi sebatang lilin untuk menerangi jiwamu yang gelap. Mereka akan menjadi buku yang mencairkan otakmu yang kusut dan beku. Pasti ada jalan keluar terbaik di saat kegelapan hidup menghampirimu.
- Menjadi seberkas Cahaya dan Buku Yang Terbuka bagi Sesama (Dok.Pribadi)
Malam menjadi momentum terindah untuk menelusuri lorong-lorong jiwa menuju perjumpaan dengan Sang Ilahi yang terkadang masih samar-samar berupa cahaya yang berkedap-kedip di ujung lorong. Setitik cahaya di ujung lorong jiwa dapat menuntun jiwamu untuk mendekati dan bersatu dengan Dia.
- Lorong Jiwa: Terang dan Gelap Silih Berganti (Dok.Pribadi)
Di akhir peziarahanmu, ada dia yang menantimu selalu dan siap menuntunmu menuju Sang Terang Sejati bagi kehidupan.
- Renya Rosari (Dok.Pribadi)
Dan Terang yang awal mulanya hanya berpendar-pendar akan kian jelas ketika sampai di ujung peziarahan hidupmu. Dia akan semakin jelas dan tampak. Saatnya menikmati “visio beatifica”, saat memandang Sang Terang dari wajah ke wajah dalam tatapan abadi yang membahagiakan.
- Menikmati Visio Beativica: Diantar dari terang ke terang (Dok.Pribadi)
“Malam sesungguhnya adalah saat berahmat bagi jiwa yang haus akan Allah yang hidup dan bukan Allah yang mati dalam konsep, kata, dan dogma.”
- Bonus (dok.pribadi)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.